Jumat, 12 April 2013

Webinar Pertamaku, Persiapan Homeschooling untuk Anakku

      Homeschooling (HS) pertama kali aku dengar memang melalui infotainment yang sering mengabarkan bahwa artis-artis banyak yang memilih untuk HS daripada masuk sekolah umum dengan mendaftarkan diri di lembaga-lembaga berlabel HS. Namun makna sesungguhnya dari HS justru aku pahami kalau tidak salah dari sebuah file di suatu milis yaitu milis sekolahrumah atau download dari situs Rumah Inspirasi yah, sedikit lupa sumbernya karena sudah terlalu lama. Kemudian sambil terus mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang HS ini akhirnya keluarga kami pun mengenal komunitas HS di area kami yaitu Klub Sinau. Kami pun mulai mengikuti beberapa acara yang sering digelar KS untuk sekedar bertemu para pelaku HS yang lebih senior untuk meyakinkan pilihan kami.
            Sesungguhnya hingga saat ini pun kami belum sungguh-sungguh memutuskan akankah kami positif mengHSkan anak kami, Fachry (34 bulan). Namun beberapa portofolio sudah kami kumpulkan. Melalui lagu-lagu di situs Pelangi Nada, Fachry banyak belajar dan mendapat tempat di hatinya.  Dia belajar mengenal anggota tubuh dari sebuah lagu karya bu Mira Julia (Bu Lala) yang dibuat versi Youtubenya oleh kakak Cha dengan judul Mana Tanganmu. Fachry pun berkesempatan bertemu kak Cha disebuah field trip bersama Klub Sinau, tinggal menunggu kesempatan bertemu Duta dan Bu Lala karena Fachry menjadi rajin mandi kalau dinyanyikan lagu Ayo Kita Mandi. Hehehe...
            Semakin mendekati usia Fachry yang tepat tiga tahun di 1 April nanti aku pun semakin galau. Bingung antara memasukkan dia ke Pos Paud di RW kami atau tidak. Kalau menurut seorang pelaku HS, masuk Paud sah-sah saja karena waktunya terbatas dan orang tua masih tetap bisa memegang kendali untuk mengarahkan pendidikan anak, tapi yang lain berpendapat bahkan setingkat Paud pun pendidikan itu sudah di setting oleh para pengajar, sudah dipilih mana yang cocok untuk usia tersebut, sehingga anak sudah tidak maksimal mengeksplorasi bakat dan minatnya sendiri. Akhirnya saya pun berkonsultasi dengan pelaku HS yang kami kenal, menurut beliau saat anak sudah masuk ke Paud nanti dia akan bisa memilih untuk tetap bersekolah atau sekolah dirumah bersama orang tua. Terus terang kalau untuk memasukkan Fachry ke Paud ternama yang harganya lima juta keatas aku agak keberatan, karena budget tersebut harusnya bisa lebih dimaksimalkan saat pendidikannya ada ditanganku bukan ditangan lembaga lain.
            Mungkin Allah sudah mengatur jalan kami dan memberi petunjuk, tepat di hari pelaksanaan uji coba untuk webinar Rumah Inspirasi aku baru membaca postingan di grup FB Indonesia Homeschooler yang sebenarnya sudah lama di posting. Langsung aku memohon untuk masih bisa diterima mendaftar ikut kelas persiapan HS tersebut dan Alhamdulillah masih bisa meski perndaftaran harusnya sudah ditutup hari sebelumnya. Maka semalam pun kami masuk kelas webinar di 
            Yah itu adalah webinar pertamaku. Meski sudah sering mendengar webinar-webinar yang diselenggarakan pihak lain tapi baru kali ini sesuai dengan apa yang kubutuhkan sehingga mengikutinya. Katrok banget deh pengalaman pertama ikut webinar hehehe. Untuk masalah setting sudah dipandu dengan baik oleh Bu Lala, tapi masalah koneksi internet cuaca sangat mempengaruhi, belum lagi harus rebutan lappy dengan Fachry. Untungnya Rumah Inspirasi sudah menyiasatinya dengan membagikan rekamannya. Sudah tidak sabar mengikuti lanjutan webinarnya tiap hari Kamis selama bulan Februari hingga Maret ini.
            Webinar ini mempertemukan lebih dari 50 peserta dari berbagai kota di Indonesia bahkan mancanegara. Semangat berHS menular dari satu peserta ke peserta lain, apalagi setelah mendengarkan paparan dari Pak Aar. Ternyata konsep HS ini benar-benar mengena di hati dan pikiranku. Aku pun akhirnya tahu bahwa untuk Fachry saat ini mungkin tidak butuh Paud, hanya bermain, bermain, bermain, mengobrol,mengobrol, mengobrol apapun yang dilihat atau dialami, mengklikkan hati kami dulu, membuat nyaman satu dengan yang lain, agar nantinya saat kami benar-benar berHS untuk usia sekolah dia sudah merasa nyaman dengan kami orang tuanya sekaligus gurunya juga Kepala sekolahnya.
            Saat ini aku pun masih terus mempersiapkan diri, mengumpulkan ide-ide permainan yang bisa ditawarka padanya, mengumpulkan buku-buku untuk dibacakan padanya, mengatur jadwalku sendiri, bahkan mungkin meluangkan banyak waktu untuk lepas dari gadget-gadget yang selama ini selalu setia mendampingiku. Tidak kalah penting juga mengajak suamiku untuk lebih memahami HS, memastikan bahwa ini akan menjadi keputusan bersama bukan sekedar ambisiku saja. Bismillah..semoga Allah meridhoi niat tulusku menjadi pendidik utama bagi Fachry, membantu Pemerintah juga karena tugas mendidik anak aku ambil alih dari sekolah formal, dan yang terpenting adalah semoga Fachry bahagia sehingga mampu mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya, bukan sekedar mengisinya dengan ilmu-ilmu yang ada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar