Homeschooling (HS) pertama kali aku dengar memang melalui infotainment
yang sering mengabarkan bahwa artis-artis banyak yang memilih untuk HS
daripada masuk sekolah umum dengan mendaftarkan diri di lembaga-lembaga
berlabel HS. Namun makna sesungguhnya dari HS justru aku pahami kalau
tidak salah dari sebuah file di suatu milis yaitu milis sekolahrumah
atau download dari situs Rumah Inspirasi yah, sedikit lupa
sumbernya karena sudah terlalu lama. Kemudian sambil terus mencari
informasi sebanyak-banyaknya tentang HS ini akhirnya keluarga kami pun
mengenal komunitas HS di area kami yaitu Klub Sinau. Kami pun mulai
mengikuti beberapa acara yang sering digelar KS untuk sekedar bertemu
para pelaku HS yang lebih senior untuk meyakinkan pilihan kami.
Sesungguhnya hingga saat ini pun kami belum sungguh-sungguh memutuskan
akankah kami positif mengHSkan anak kami, Fachry (34 bulan). Namun
beberapa portofolio sudah kami kumpulkan. Melalui lagu-lagu di situs
Pelangi Nada, Fachry banyak belajar dan mendapat tempat di hatinya. Dia
belajar mengenal anggota tubuh dari sebuah lagu karya bu Mira Julia (Bu
Lala) yang dibuat versi Youtubenya oleh kakak Cha dengan judul Mana Tanganmu. Fachry pun berkesempatan bertemu kak Cha disebuah field trip
bersama Klub Sinau, tinggal menunggu kesempatan bertemu Duta dan Bu
Lala karena Fachry menjadi rajin mandi kalau dinyanyikan lagu Ayo Kita
Mandi. Hehehe...
Semakin mendekati usia
Fachry yang tepat tiga tahun di 1 April nanti aku pun semakin galau.
Bingung antara memasukkan dia ke Pos Paud di RW kami atau tidak. Kalau
menurut seorang pelaku HS, masuk Paud sah-sah saja karena waktunya
terbatas dan orang tua masih tetap bisa memegang kendali untuk
mengarahkan pendidikan anak, tapi yang lain berpendapat bahkan setingkat
Paud pun pendidikan itu sudah di setting oleh para pengajar,
sudah dipilih mana yang cocok untuk usia tersebut, sehingga anak sudah
tidak maksimal mengeksplorasi bakat dan minatnya sendiri. Akhirnya saya
pun berkonsultasi dengan pelaku HS yang kami kenal, menurut beliau saat
anak sudah masuk ke Paud nanti dia akan bisa memilih untuk tetap
bersekolah atau sekolah dirumah bersama orang tua. Terus terang kalau
untuk memasukkan Fachry ke Paud ternama yang harganya lima juta keatas
aku agak keberatan, karena budget tersebut harusnya bisa lebih
dimaksimalkan saat pendidikannya ada ditanganku bukan ditangan lembaga
lain.
Mungkin Allah sudah mengatur jalan kami dan
memberi petunjuk, tepat di hari pelaksanaan uji coba untuk webinar Rumah
Inspirasi aku baru membaca postingan di grup FB Indonesia Homeschooler
yang sebenarnya sudah lama di posting. Langsung aku memohon untuk masih
bisa diterima mendaftar ikut kelas persiapan HS tersebut dan
Alhamdulillah masih bisa meski perndaftaran harusnya sudah ditutup hari
sebelumnya. Maka semalam pun kami masuk kelas webinar di
Yah
itu adalah webinar pertamaku. Meski sudah sering mendengar
webinar-webinar yang diselenggarakan pihak lain tapi baru kali ini
sesuai dengan apa yang kubutuhkan sehingga mengikutinya. Katrok banget deh pengalaman pertama ikut webinar hehehe.
Untuk masalah setting sudah dipandu dengan baik oleh Bu Lala, tapi
masalah koneksi internet cuaca sangat mempengaruhi, belum lagi harus
rebutan lappy dengan Fachry. Untungnya Rumah Inspirasi sudah
menyiasatinya dengan membagikan rekamannya. Sudah tidak sabar mengikuti
lanjutan webinarnya tiap hari Kamis selama bulan Februari hingga Maret
ini.
Webinar ini mempertemukan lebih dari 50 peserta
dari berbagai kota di Indonesia bahkan mancanegara. Semangat berHS
menular dari satu peserta ke peserta lain, apalagi setelah mendengarkan
paparan dari Pak Aar. Ternyata konsep HS ini benar-benar mengena di hati
dan pikiranku. Aku pun akhirnya tahu bahwa untuk Fachry saat ini
mungkin tidak butuh Paud, hanya bermain, bermain, bermain,
mengobrol,mengobrol, mengobrol apapun yang dilihat atau dialami,
mengklikkan hati kami dulu, membuat nyaman satu dengan yang lain, agar
nantinya saat kami benar-benar berHS untuk usia sekolah dia sudah merasa
nyaman dengan kami orang tuanya sekaligus gurunya juga Kepala
sekolahnya.
Saat ini aku pun masih terus mempersiapkan
diri, mengumpulkan ide-ide permainan yang bisa ditawarka padanya,
mengumpulkan buku-buku untuk dibacakan padanya, mengatur jadwalku
sendiri, bahkan mungkin meluangkan banyak waktu untuk lepas dari gadget-gadget yang
selama ini selalu setia mendampingiku. Tidak kalah penting juga
mengajak suamiku untuk lebih memahami HS, memastikan bahwa ini akan
menjadi keputusan bersama bukan sekedar ambisiku saja. Bismillah..semoga
Allah meridhoi niat tulusku menjadi pendidik utama bagi Fachry,
membantu Pemerintah juga karena tugas mendidik anak aku ambil alih dari
sekolah formal, dan yang terpenting adalah semoga Fachry bahagia
sehingga mampu mengeluarkan potensi yang ada dalam dirinya, bukan
sekedar mengisinya dengan ilmu-ilmu yang ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar