Jumat, 12 April 2013

HOMESCHOOLING ? SIAPA TAKUT !!

    Semakin hari semakin mantap kami untuk tidak menyekolahkan anak kami, Fachry (3yo), paling tidak untuk usia preschool ini. Kami belum tahu next bagaimana, tapi yang jelas kami sepakat untuk tidak memasukkan Fachry ke PAUD, Kelompok Belajar, Preschool atau apapun lah namanya, yang mulai menjamur di Indonesia beberapa tahun belakangan ini. Sejak mengikuti webinar Homeschooling yang diadakan Rumah Inspirasi  http://rumahinspirasi.com/webinar-homeschooling-2013-1/, saya semakin yakin bahwa kami mampu menjalaninya bahkan tidak terpikir apapun rintangan yang bakal terjadi.
     Mungkin orang awam akan berpikir kami keluarga aneh, but it’s my life, it’s my family, it’s my child and it’s my call. Meski suami sebenarnya tidak pernah secara gamblang mengungkapkan persetujuannya namun suami saya, Lukytho adi, tidak pernah melarang saya ikut berkumpul bersama praktisi Homeschooling, tidak pernah menunjukkan keberatannya untuk jadi praktisi HS, maka cukup bagi saya untuk memulai mempersiapkan diri menjalani hari-hari sebagai praktisi HS.
     Metode HS ini begitu menarik untuk saya karena saya ingin mengeksplorasi sendiri apa-apa yang menjadi minat anak kami tanpa harus membebaninya pada hal-hal lain yang membuatnya kehilangan fokus pada minat dan bakatnya. Saat di usia preschoolnya ini yang kami harapkan bukan pada kemampuan akademisnya namun pada kecintaannya pada proses mencari ilmu pengetahuan itu sendiri.
      Banyak pertanyaan yang diajukan teman-teman saya berkaitan dengan keputusan HS kami diantaranya adalah tentang sosialisasi anak. Beruntungnya kami, Fachry memiliki sifat dari kedua orangtuanya yang tergolong mudah beradaptasi dan mencari teman. Seperti hari ini, saat bermain di area Tamiya dia berusaha mendekati anak-anak baik sebaya, lebih kecil maupun yang lebih tua untuk ‘mencari teman’. Kami mengamatinya dari jauh dan tertawa kecil melihat tingkah lucunya saat berusaha berkenalan. Meskipun kami di hari-hari biasa jarang mengajaknya berkegiatan bersama teman-teman di lingkungan rumah, namun kami tidak khawatir dia kesulitan bersosialisasi. Kami hanya perlu menanamkan bagaimana sebaiknya ia memperlakukan teman sebaya, menyayangi dan mengalah dengan teman yang lebih kecil dan bersikap sopan dengan orang yang lebih tua.
     Ada juga pertanyaan tentang kompetisi anak-anak HS. Di sekolah anak terbiasa berkompetisi dengan teman-teman sekelasnya seperti dalam ujian dan perlombaan. Memang untuk anak-anak HS kompetisi lebih mengarah pada kompetisi dengan dirinya sendiri, mengalahkan egonya, mengalahkan sifat-sifat buruknya. Untuk dunia luar lebih diarahkan pada kolaborasi dan bukan kompetisi. Kolaborasi menghasilkan hal-hal yang bermanfaat jauh lebih baik bukan daripada berkompetisi?.
     Pertanyaan yang agak susah saya jawab adalah tentang bagaimana HS untuk orangtua yang keduanya bekerja di luar rumah. Beruntungnya saya dan suami adalah pekerja mandiri. Sehingga kami bisa membagi waktu/ mengatur waktu untuk proses HS anak kami. Intinya hanya pada seberapa bisakah anda memenej waktu. Apabila anda sanggup mengelola berarti anda bisa menjalankan praktek HS ini. Jadi semua tergantung pada seberapa besar usaha anda untuk mengaturnya. Misal saat orangtua keduanya bekerja, orangtua bisa berkolaborasi dengan kakek nenek, tante, atau pengasuh lalu bisa dipantau dari jauh. Namun bila tidak bisa ya artinya praktek HS akan sulit untuk dilakukan karena HS ini berbasis peran orangtua.
     Beberapa hal yang saya ingat sekali dalam webinar HS berkaitan dengan kesiapan saya menjadi praktisi HS untuk Fachry di usia Preschool  diantaranya jargon “better late than early”, meski saat ini kita sering dibombardir dengan jargon “Jangan melewatkan Golden Age” namun kita perlu perhatikan bahwa dimasa emasnya ini bukan berarti sang anak harus kita jejali dengan segala macam kemampuan-kemampuan akademis. Justru di masa emasnya ini kami sebagai orangtua tidak akan melewatkannya dengan menyerahkan dia pada pihak lain, tapi justru kami harus menginvestasikan waktu kami untuk sebuah kebersamaan yang menyenangkan, menciptakan kenangan-kenangan manis yang bisa diingatnya hingga dewasa, banyak-banyak mengobrol, menciptakan bounding antara orangtua dan anak.
     Bismillah..kami siap menjadi Kepala Sekolahmu Nak ! Kami bukan orangtua super, tapi kami ingin belajar dan bertumbuh bersamamu. Kelak kita kursus bahasa Inggris bersama yah. Hehehe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar