Selama ini saya pikir semua metoda Homeschooling (HS)
itu sama, hanya memilih akan menggunakan kurikulum Nasional atau
kurikulum Cambridge. Itu untuk anak usia sekolah. Ternyata setelah
mendapatkan pencerahan dari webinar session #2 semalam di http://rumahinspirasi.com/webinar-homeschooling-2013-1/ saya baru ngeh
bahwa ternyata banyak model dan metoda yang bisa dipilih para praktisi
HS dan tidak ada satupun keluarga HS yang persis sama meski memilih
metoda yang sama.
Sekarang bisa saya identifikasi kalau ternyata penerapan model HS kami lebih mengarah ke Unschooling.
Dengan usia Fachry yang belum genap tiga tahun tersebut, saya memang
belum membelikannya peralatan belajar layaknya teman-temannya yang sudah
masuk PAUD seperti tas, buku, meja belajar, perlengkapan menulis dan
sebagainya sehingga tidak bisa juga disebut model school at home.
Dulu kami menawarkan sekiranya apa yang sudah bisa dia pelajari, misal
poster huruf abjad, angka, dvd edukasi huruf & angka, tapi semua
tidak terlalu menarik minatnya. Hanya di awal saja dan akhirnya kami pun
membiarkannya, hingga suatu hari dia sendiri yang meminta diajarkan
mengenal angka 1 hingga 10. Lebih cepat hafalnya saat dia sendiri yang
meminta. Begitu juga dengan huruf abjad. Sering saya nyanyikan susunan
abjad tapi belum begitu tertarik, hingga kemarin malam sebelum tidur dia
menemukan buku saya dan di covernya banyak tulisan abjad dengan warna
-warni nya sehingga dia menghafalkan bagaimana bentuk huruf A dan
mencari mana bentuk huruf yang sama dengan yang saya contohkan tersebut.
Begitu pula saat dia ingin belajar tentang nama-nama anggota tubuh,
setelah saya perdengarkan lagu Mana Tanganku karya bu Mira Julia,
semakin tertarik untuk menyanyikannya sekaligus menghafalkannya.
Model dan metoda Unschooling
ini memang tidak terstruktur serta sesuai keinginan anak aja. Intinya
sih orang tua hanya sebagai fasilitator. Sama seperti saat Fachry sedang
tertarik untuk mengenal transportasi maka sebelumnya saya print
kan gambar dari google atau sebaliknya saat dia sudah tahu jenis
transportasinya saya carikan lagi gambar di google untuk bahan bahasan
kami. Seperti kereta api, karena kami ingin mengenalkan kereta api kami
belikan mainan berbentuk kereta api dengan model jadul (kereta api batu
bara lengkap dengan relnya), merencanakan untuk berpergian dengan moda
tersebut, print gambar kereta api yang akan kami naiki, dan
jadilah kami membahas seputar kereta api saat menaikinya dan sesekali
melihat gambarnya sambil mengingat kalau dulu kami pernah menaikinya.
Begitu juga dengan taksi, bus, becak, kapal dan mobil Om (mobil pribadi)
hehehe. Sedangkan untuk pesawat baru sekedar melihat pesawat yang
sedang terbang, mengenalkan ambulance cukup dengan melihat di jalan saja, mobil polisi, truk dan melihat gambarnya di google.
Sudah terpikir untuk melakukan model Charlotte Mason setelah ini, dimulai mencatat daftar living book
yang akan kami bacakan untuk Fachry baik versi luar maupun versi
islami. Mulai melatih dia bernarasi atau lebih tepatnya memancing dia
ngobrol tentang hari-harinya. Meski tiap hari kami selalu berdua tapi
dia perlu bercerita pada Papa nya juga. Kalau untuk menarasikan buku
yang telah dibacakan sih belum. Mengajari kebiasaan-kebiasaan
baik, masih belum 100% karena kami masih harus mengubah
kebiasaan-kebiasaan buruk kami dulu sebagai orang tua yang paling
sering dicontoh.
Setelah webinar ini dalam catatannya
P. Aar menulis bahwa jangan melabeli keluarga HS Anda dengan salah satu
metoda agar tidak terkungkung dan takut untuk berubah. Semua harus
disesuaikan pada tumbuh kembang anak,anak harus menikmati proses
belajarnya, minat komitmen dan stamina anak terus tumbuh berkembang.
Kita semua adalah subjek sehingga punya hak untuk menentukan arah dan
tujuan kita. Kita pun wajib menjadi pembelajar mandiri.
Dalam webinar, kami sesama peserta juga mengobrol
, ada yang merasa tertampar, tercubit, kalau saya malah merasa menjadi
korban 'makan bangku sekolahan'. Ternyata satu jam waktu belajar di
sekolah setara dengan lima belas menit proses belajar efektif di rumah.
Maka untuk Fachry yang usia preschool dimana kalau ia
di-PAUD-kan akan memakan waktu belajar selama 2 jam maka sebenarnya bisa
dilakukan sekitar setengah jam saja di rumah, sisanya kembali untuk
bermain. Bisa lebih eksploratif lagi mencari apa yang diminati anak.
Sungguh merupakan suntikan semangat baru untuk terus mengupgrade ilmu
pengetahuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar