Jumat, 12 April 2013

Preschool nya di rumah saja, Fachry

   Selama ini saya pikir semua metoda Homeschooling (HS) itu sama, hanya memilih akan menggunakan kurikulum Nasional atau kurikulum Cambridge. Itu untuk anak usia sekolah. Ternyata setelah mendapatkan pencerahan dari webinar session #2 semalam di http://rumahinspirasi.com/webinar-homeschooling-2013-1/ saya baru ngeh bahwa ternyata banyak model dan metoda yang bisa dipilih para praktisi HS dan tidak ada satupun keluarga HS yang persis sama meski memilih metoda yang sama.

    Sekarang bisa saya identifikasi  kalau ternyata penerapan model HS kami lebih mengarah ke Unschooling. Dengan usia Fachry yang belum genap tiga tahun tersebut, saya memang belum membelikannya peralatan belajar layaknya teman-temannya yang sudah masuk PAUD seperti tas, buku, meja belajar, perlengkapan menulis dan sebagainya sehingga tidak bisa juga disebut model school at home. Dulu kami menawarkan sekiranya apa yang sudah bisa dia pelajari, misal poster huruf abjad, angka, dvd edukasi huruf & angka, tapi semua tidak terlalu menarik minatnya. Hanya di awal saja dan akhirnya kami pun membiarkannya, hingga suatu hari dia sendiri yang meminta diajarkan mengenal angka 1 hingga 10. Lebih cepat hafalnya saat dia sendiri yang meminta. Begitu juga dengan huruf abjad. Sering saya nyanyikan susunan abjad tapi belum begitu tertarik, hingga kemarin malam sebelum tidur dia menemukan buku saya dan di covernya banyak tulisan abjad dengan warna -warni nya sehingga dia menghafalkan bagaimana bentuk huruf A dan mencari mana bentuk huruf yang sama dengan yang saya contohkan tersebut. Begitu pula saat dia ingin belajar tentang nama-nama anggota tubuh, setelah saya perdengarkan lagu Mana Tanganku karya bu Mira Julia, semakin tertarik untuk menyanyikannya sekaligus menghafalkannya.

    Model dan metoda Unschooling ini memang tidak terstruktur serta sesuai keinginan anak aja. Intinya sih orang tua hanya sebagai fasilitator. Sama seperti saat Fachry sedang tertarik untuk mengenal transportasi maka sebelumnya saya print kan gambar dari google atau sebaliknya saat dia sudah tahu jenis transportasinya saya carikan lagi gambar di google untuk bahan bahasan kami. Seperti kereta api, karena kami ingin mengenalkan kereta api kami belikan mainan berbentuk kereta api dengan model jadul (kereta api batu bara lengkap dengan relnya), merencanakan untuk berpergian dengan moda tersebut, print gambar kereta api yang akan kami naiki, dan jadilah kami membahas seputar kereta api saat menaikinya dan sesekali melihat gambarnya sambil mengingat kalau dulu kami pernah menaikinya. Begitu juga dengan taksi, bus, becak, kapal dan mobil Om (mobil pribadi) hehehe. Sedangkan untuk pesawat baru sekedar melihat pesawat yang sedang terbang, mengenalkan ambulance cukup dengan melihat di jalan saja, mobil polisi, truk dan melihat gambarnya di google.

     Sudah terpikir untuk melakukan model Charlotte Mason setelah ini, dimulai mencatat daftar living book yang akan kami bacakan untuk Fachry baik versi luar maupun versi islami. Mulai melatih dia bernarasi atau lebih tepatnya memancing dia ngobrol tentang hari-harinya. Meski tiap hari kami selalu berdua tapi dia perlu bercerita pada Papa nya juga. Kalau untuk menarasikan buku yang telah dibacakan sih belum. Mengajari kebiasaan-kebiasaan baik, masih belum 100% karena kami masih harus mengubah kebiasaan-kebiasaan buruk kami dulu sebagai orang tua  yang paling sering dicontoh.

    Setelah webinar ini dalam catatannya P. Aar menulis bahwa jangan melabeli keluarga HS Anda dengan salah satu metoda agar tidak terkungkung dan takut untuk berubah. Semua harus disesuaikan pada tumbuh kembang anak,anak harus menikmati proses belajarnya, minat komitmen dan stamina anak terus tumbuh berkembang. Kita semua adalah subjek sehingga punya hak untuk menentukan arah dan tujuan kita. Kita pun wajib menjadi pembelajar mandiri.

     Dalam webinar, kami sesama peserta juga mengobrol , ada yang merasa tertampar, tercubit, kalau saya malah merasa menjadi korban 'makan bangku sekolahan'. Ternyata satu jam waktu belajar di sekolah setara dengan lima belas menit proses belajar efektif di rumah. Maka untuk Fachry yang usia preschool dimana kalau ia di-PAUD-kan akan memakan waktu belajar selama 2 jam maka sebenarnya bisa dilakukan sekitar setengah jam saja di rumah, sisanya kembali untuk bermain. Bisa lebih eksploratif lagi mencari apa yang diminati anak. Sungguh merupakan suntikan semangat baru untuk terus mengupgrade ilmu pengetahuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar