Akhir-akhir
ini si Pacin (panggilan sayangku untuk suamiku) jadi super duper bĂȘte kalau
lihat program berita di televisi. Padahal program berita dulunya lumayan bisa
dipilih selain FTV dan sekarang X Factor (hehe). Tapi sekarang tiap saya stel
acara berita suami menyuruh ganti. Usut punya usut ternyata ia sudah muak,
jenuh dan bosan mendengar berita buruk di televisi. Yah sebagaimana yang pernah
kupelajari di bangku kuliah, memang ada yang masih memegang teguh bahwa bad
news is good news. Sementara pemirsa dirumah yang setiap detik disuguhi bad news
itu sudah semakin stress mendegar apalagi membayangkannya. Hehe. Semacam
nothing to do, tapi geregeten bin gemes.
Mungkin
itu juga ya yang dirasakan keluarga Indonesia lainnya, meski masih banyak juga sih
yang mendewakan televisi. Tapi tidak sedikit juga lo teman-teman grupku
bercerita bahwa dijaman seperti ini mereka lebih memilih NO TV dirumah mereka.
Salutt..Kalau kami masih belum bisa, bahkan ada dua televisi dirumah kami.
Untungnya anakku yang mau tiga tahun ini ga doyan berlama-lama mantengin tv.
Alhamdulillah.
Kalau
saya pribadi sih semakin tersentak tiap mendengar berita-berita buruk yang
berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pelecehan oleh Wakepsek, tawuran,
sex bebas di kalangan pelajar, bunuh diri akibat tidak lulus UAN, guru menghajar
siswa, gang motor oleh anak-anak usia sekolah, duel maut, dan sebagainya. Miris
akut. Dulu sih suka stress sendiri memikirkannya, bagaimana di jaman
anak-anakku kelak. Mengapa dunia berubah sangat cepat dan anak-anak itu tumbuh
di luar alurnya. Dimana yang salah, mengapa bisa begini mengapa bisa begitu.
Begitu
senangnya saya ternyata diluar sana ada komunitas Homeschooling, para orangtua
praktisi HS yang memilih mendidik sendiri anak-anak mereka dengan nilai-nilai
yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masing-masing keluarga. Bukan
sebagai sikap apatis terhadap sekolah namun justru praktisi HS ini membantu
mengurangi beban pemerintah untuk menangani anak-anak mereka sendiri,
bertanggung jawab penuh terhadap anak-anak mereka sendiri. Meski jalan tidak
semulus yang dibayangkan karena menjadi berbeda diantara yang lazim itu sungguh
berat dan harus menebalkan kuping. Orang luar mungkin hanya bisa mencela
mengapa si A tidak di sekolahkan oleh orangtuanya, padahal sesungguhnya
orangtuanya sedang mempersiapkan si A menjadi generasi penerus bangsa yang
berkwalitas, yang kelak mampu membuat perubahan pada zamannya. Perubahan kearah
yang lebih baik tentunya.
Dengan
mengambilalih tugas-tugas mendidik anak yang selama ini “patungan” dengan pihak
sekolah, diharapkan anak lebih undercontrol, bisa diarahkan dengan baik by
custom tidak jamak dan seragam seperti di sekolah umum. Sebagai orangtua pun
secara logika saya sangat menerima hal tersebut. Menganggapnya sebagai hal
kecil yang bisa dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kemudian berimbas pada
dunia.
Persis
seperti yang dikatakan Adjie Silarus, sang motivator, bahwa mengubah dunia
harus dimulai dengan mengubah diri terlebih dahulu. Untuk mengubah diri kearah
yang lebih baik kita perlu untuk menerima diri sendiri dahulu secara utuh dan
membuat diri kita sendiri bahagia. Apabila kita dan keluaga kita bahagia, maka
kita akan dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan sekitar kita, tanpa
menunggu semuanya sempurna. Ketika saya bahagia maka saya akan menularkan
kebahagiaan itu pada suami dan anak-anak saya, mereka masing-masing akan
menularkan kebahagiaan itu pada lingkungan luar mereka. Menjadi pribadi-pribadi
yang baik, menyenangkan dan bahagia. Hingga dunia pun dipenuhi dengan
kebahagiaan-kebahagiaan masing-masing keluarga. Kejahatan dapat diminimalkan,
jurnalis akan memburu good news is good news.hehe..Aamiin.
terima kasih. sudah menulis mengenai saya di blog teman-teman. yang punya akun twitter, tolong mention saya (@AdjieSilarus), tulis judul artikel, link blogmu yang berisi tulisan mengenai saya dan hashtag #MeditatorBlog. sehingga bisa saya RT dan saya FOLLBACK.
BalasHapuscontoh format mention : mengubah dunia dimulai dengan mengubah diri | @AdjieSilarus | baca di –> http://catataninspirasimutia.blogspot.com/2013/03/mengubah-dunia-dimulai-dengan-mengubah.html #MeditatorBlog
terima kasih
siap pak Adjie SIlarus...
Hapusterimakasih sudah berkenan mampir..