Rabu, 20 Maret 2013

MEMPERBAIKI DIRI = MEMPERBAIKI DUNIA



Akhir-akhir ini si Pacin (panggilan sayangku untuk suamiku) jadi super duper bĂȘte kalau lihat program berita di televisi. Padahal program berita dulunya lumayan bisa dipilih selain FTV dan sekarang X Factor (hehe). Tapi sekarang tiap saya stel acara berita suami menyuruh ganti. Usut punya usut ternyata ia sudah muak, jenuh dan bosan mendengar berita buruk di televisi. Yah sebagaimana yang pernah kupelajari di bangku kuliah, memang ada yang masih memegang teguh bahwa bad news is good news. Sementara pemirsa dirumah yang setiap detik disuguhi bad news itu sudah semakin stress mendegar apalagi membayangkannya. Hehe. Semacam nothing to do, tapi geregeten bin gemes.
Mungkin itu juga ya yang dirasakan keluarga Indonesia lainnya, meski masih banyak juga sih yang mendewakan televisi. Tapi tidak sedikit juga lo teman-teman grupku bercerita bahwa dijaman seperti ini mereka lebih memilih NO TV dirumah mereka. Salutt..Kalau kami masih belum bisa, bahkan ada dua televisi dirumah kami. Untungnya anakku yang mau tiga tahun ini ga doyan berlama-lama mantengin tv. Alhamdulillah.
Kalau saya pribadi sih semakin tersentak tiap mendengar berita-berita buruk yang berkaitan dengan dunia pendidikan, seperti pelecehan oleh Wakepsek, tawuran, sex bebas di kalangan pelajar, bunuh diri akibat tidak lulus UAN, guru menghajar siswa, gang motor oleh anak-anak usia sekolah, duel maut, dan sebagainya. Miris akut. Dulu sih suka stress sendiri memikirkannya, bagaimana di jaman anak-anakku kelak. Mengapa dunia berubah sangat cepat dan anak-anak itu tumbuh di luar alurnya. Dimana yang salah, mengapa bisa begini mengapa bisa begitu.
Begitu senangnya saya ternyata diluar sana ada komunitas Homeschooling, para orangtua praktisi HS yang memilih mendidik sendiri anak-anak mereka dengan nilai-nilai yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masing-masing keluarga. Bukan sebagai sikap apatis terhadap sekolah namun justru praktisi HS ini membantu mengurangi beban pemerintah untuk menangani anak-anak mereka sendiri, bertanggung jawab penuh terhadap anak-anak mereka sendiri. Meski jalan tidak semulus yang dibayangkan karena menjadi berbeda diantara yang lazim itu sungguh berat dan harus menebalkan kuping. Orang luar mungkin hanya bisa mencela mengapa si A tidak di sekolahkan oleh orangtuanya, padahal sesungguhnya orangtuanya sedang mempersiapkan si A menjadi generasi penerus bangsa yang berkwalitas, yang kelak mampu membuat perubahan pada zamannya. Perubahan kearah yang lebih baik tentunya.
Dengan mengambilalih tugas-tugas mendidik anak yang selama ini “patungan” dengan pihak sekolah, diharapkan anak lebih undercontrol, bisa diarahkan dengan baik by custom tidak jamak dan seragam seperti di sekolah umum. Sebagai orangtua pun secara logika saya sangat menerima hal tersebut. Menganggapnya sebagai hal kecil yang bisa dimulai dari diri sendiri, keluarga dan kemudian berimbas pada dunia.
Persis seperti yang dikatakan Adjie Silarus, sang motivator, bahwa mengubah dunia harus dimulai dengan mengubah diri terlebih dahulu. Untuk mengubah diri kearah yang lebih baik kita perlu untuk menerima diri sendiri dahulu secara utuh dan membuat diri kita sendiri bahagia. Apabila kita dan keluaga kita bahagia, maka kita akan dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan sekitar kita, tanpa menunggu semuanya sempurna. Ketika saya bahagia maka saya akan menularkan kebahagiaan itu pada suami dan anak-anak saya, mereka masing-masing akan menularkan kebahagiaan itu pada lingkungan luar mereka. Menjadi pribadi-pribadi yang baik, menyenangkan dan bahagia. Hingga dunia pun dipenuhi dengan kebahagiaan-kebahagiaan masing-masing keluarga. Kejahatan dapat diminimalkan, jurnalis akan memburu good news is good news.hehe..Aamiin.

                                                                             
                                                            Personal Branding Agency, Indscript Creative






2 komentar:

  1. terima kasih. sudah menulis mengenai saya di blog teman-teman. yang punya akun twitter, tolong mention saya (@AdjieSilarus), tulis judul artikel, link blogmu yang berisi tulisan mengenai saya dan hashtag #MeditatorBlog. sehingga bisa saya RT dan saya FOLLBACK.
    contoh format mention : mengubah dunia dimulai dengan mengubah diri | @AdjieSilarus | baca di –> http://catataninspirasimutia.blogspot.com/2013/03/mengubah-dunia-dimulai-dengan-mengubah.html #MeditatorBlog
    terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. siap pak Adjie SIlarus...
      terimakasih sudah berkenan mampir..

      Hapus